“Dew, cinta ternyata bisa menyakitkan ya?! ngelu aku, dah nggak konsen kerja, tanggunganku belom tak garap, jd takut ngapa2in. Klo gini jd pengin memanjkn diri, nyalon, spa, renang, enak x y?…”
Kaget. Satu kata paling cocok untuk menunjukkan perasaanku usai membaca SMS dari salah satu sahabatku, tadi pagi. Aku langsung membalasnya sambil meneruskan pembicaraan dengan calon mitra kerja (huehehe3, gayaku!), di salah satu PTN di Malang. “Ayo refreshing, makan dimanaaa githu, I’ll treat u. Aq blon breakfast, bentar lg tak jemput”. (message sent)
Nah, nyambung ga tuh ajakanku?. Yach, terus terang mau banget seh, tapi ‘kondisi’ lagi ndak memungkinkan untuk spa, apalagi renang :-). Setengah jam kemudian, kita nongkrong at Bamboo Coffe Shop, Kartika Graha Hotel. Bukan mo sok gaya makan di hotel, lha wong biasanya kita pelanggan warung kaki lima kok.
Sengaja memilih tempat di sana karena sebenarnya aku sudah ada janji temu dengan seorang mitra, at 10 AM, di ruangan lain hotel itu. Kalo makan di tempat lain, dijamin bakal ngebatalin janji. Tau sendiri kan, orang yang lagi sedih karna cinta pasti bawaannya mau cerita panjang lebar, pake nangis bombay, dan ga mungkin sebentar.. (nah, aku paham banget nich… π π ).
Alhamdulillah, janji temu terpenuhi, sohibku bisa tersenyum kembali, dan bahkan waitress-nya mungkin juga ikut tersenyum karena melihat aksi kita yang ‘norak’. Maklum, selain mendengarkan ceritanya plus kasih masukan (glekz!@!?!….), salah satu terapi yang aq pilih untuk membuatnya kembali ceria adalah mengajaknya bergaya sambil jepret sana-sini π π :-D.
Nah, ni hasil jepRetan my pREn π *
****
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, membutuhkan orang lain untuk berbagi, bercerita, bersosialisasi, dan aktivitas lainnya. Jika Anda baca sekali lagi, SMS teman saya tak berisi kalimat ajakan atau permintaan.
Dia hanya mengungkapkan perasaan dan keinginannya, yang dapat saya jawab dengan kalimat penghibur, “Udaah, jangan sedih. Pasti ada hikmahnya kok”. Ato SMS yang mendukung pernyataannya “He-eh, emang kadang kurang ajar n’ menyakitkan!, cuek aja, masih banyak cinta lain yang membahagiakan”.
Kenapa saya tidak mengirim SMS pertama?. Kalimat itu benar, tapi harus disampaikan di saat yang tepat. Ketika kondisi psikologis sedang drop, akan susah baginya untuk berpikir tentang konsep ‘hikmah’ di balik setiap peristiwa.
Kalimat kedua juga saya lewati karena akan menjadi provokasi sepihak, saya belum memahami masalah sebenarnya. Siapa yang paling berperan dalam kasus ‘cinta menyakitkan’ itu, sahabat saya atau kekasihnya?.
Pilihan terbaik menurut saya, mengajaknya refreshing, membicarakan hal-hal menyenangkan, tanpa mencecarnya dengan pertanyaan “Eh, kenapa sedih? cerita dunk…”. Sebab saya yakin dia akan langsung bercerita bebas, lepas, saat peraannya tenang, dan itulah yang terjadi.
*) Foto dia? Lah, kode etik ‘percurhatan’ mewajibkan untuk menjaga kerahasiaan. PS: Janji jam 10 bisa terlaksana sukses, tapi undangan jam 12.30 harus lewat begitu saja π¦ π¦
Tinggalkan Balasan ke neilhoja Batalkan balasan